Halo teman-teman diseluruh tanah air, aku akan memulai
dengan kalimat "Harapkanlah hal-hal yang besar dari Tuhan, tetapi
lakukanlah hal-hal kecil dengan tekun disertai semangat tanpa menyerah"...
Malam ini di Sydney sedang hujan deras, dan aku rindu
membagikan perjuangan dalam meraih beasiswa PhD di Australia melalui beasiswa
universitas.
Teman-teman biasa memanggilku "jerry", nama
lengkapku Jerico Franciscus Pardosi. Aku bekerja di Pusat Teknologi Intervensi Kesehatan Masyarakat (PTIKM),
Kementerian Kesehatan di Jakarta. Aku bergabung sejak tahun 2003 dengan latar
belakang pendidikan Diploma 3 Kesehatan Lingkungan. Dan sekarang thank you
Lord, aku menapak terowongan PhD.
Secara singkat aku pernah mendapat beasiswa Australia
Development Scholarship tahun 2009 untuk
program studi Master of International Public Health di University of
Queensland. Aku juga pernah mengikuti training dan conference di India,
Thailand, Malaysia, Viet Nam dan terakhir di Korea Selatan. Saat ini aku sedang
menempuh pendidikan doktor bidang Health Demography di Macquarie University,
Sydney, Australia berbekal beasiswa International Macquarie University Research
Scholarship 2012-2016.
Aku pernah menulis sebelumnya dimilis beasiswa beberapa
tahun silam mengenai perjuanganku meraih beasiswa ADS. Namun, aku ingin kembali
membangun semangat teman-teman diseluruh tanah air, bahwa aku bisa, mereka bisa
dan kalian pun bisa. Aku dilahirkan di keluarga yang sederhana, aku sendiri
baru merasakan memiliki komputer PC pada saat aku akan menyelesaikan karya
tulis ilmiah Diplomaku dan aku tak pernah merasakan kursus komputer. Semua aku
pelajari sendiri dan belajar dari teman-teman. Telepon selular pun aku baru
memiliki setelah 2 bulan bekerja di swasta. Tetapi aku tidak pernah minder,
karena hidup adalah perjuangan yang harus dihadapi dengan iman dan kerja keras.
Jangan PERNAH MENYERAH...selalu berusaha kreatif dalam mempelajari sesuatu
meskipun kita tidak memiliki fasilitasnya...1000 jalan menuju Roma.
Aku masih ingat bahwa perkataan Ompungku (panggilan kakek
atau nenek dalam suku Batak) ketika mengantarkan ibuku merantau ke Jakarta.
Beliau berkata "aku antarkan kau ke Jakarta, suatu saat engkau akan
mengantarkan anakmu ke luar negeri". Hal tersebut baru diceritakan
mamaku sebelum aku berangkat menuju
Brisbane tahun 2009. Kita perlu belajar memiliki visi dalam kehidupan kita
khususnya dalam perjuangan memperoleh beasiswa. Milikilah visi sehingga kita
punya arah dan tujuan yang pasti.
Teman-teman yang dengan pendidikan dari diploma tidak perlu
kuatir. Semua pasti BISA. Aku memulai perjalanan akademik pada jenjang S1 di
tahun 2005 dengan uang sendiri di FKM UI jurusan Epidemiologi. Kemudian di
tahun 2007, aku memulai persiapanku setelah lulus S1 untuk mengejar beasiswa S2
di luar negeri. Aku bergabung dengan milis beasiswa dan luar biasa bantuan
serta bimbingan dari rekan-rekan dalam mempersiapkan aplikasi beasiswa di
Norwegia dan Australia. dari D3 menuju S1 terlewati...
GAGAL? aku pernah merasakannya. Pada pertengahan tahun 2008,
aku mendapat email bahwa aku lolos seleksi dan diterima TETAPI untuk beasiswa
masuk cadangan nomor 1. Marah...Kecewa...Malu...itu yang aku rasakan pertama
kali mengetahuinya TETAPI mimpiku pasti akan ku raih yakni dari D3 menuju PhD.
Sebulan kemudian, aku mengirimkan aplikasi ADS dan puji
Tuhan aku lolos seleksi pertama. Aku
belum pernah belajar apa itu IELTS? TETAPI itu bukan alasan sahabat. berbekal
buku yang aku beli dari tabunganku, aku mempelajarinya dan BERHASIL lalu
akhirnya kuliah di Brisbane dari tahun 2009-2010.
Dalam masa perkuliahan aku mendapat kesempatan melakukan
penelitian untuk minor thesisku yang didukung oleh salah satu UN agency di
Indonesia. Di tahun 2010, aku berhasil menyelesaikan minor thesis dan mendapat
nilai thesis High Distinction atau biasa teman-teman menyebutnya HD. Kami pun
diberikan kepercayaan dalam keluarga yakni seorang putra yang dibuat (hehehe)
dan lahir di Brisbane bernama Ezekiel Fransisco Samuel Pardosi. Yes...aku dapat
double degree aku cerita ke teman-teman seperjuangan yaitu degree master dan
Father. dari D3 menuju S2 terlewati.
Pulang kembali ke tanah air di tahun pertengahan tahun 2010,
aku memang berencana melanjutkan studi PhD. Beberapa bulan kemudian aku melamar
untuk UQ Indonesia Alumni Award yang bertujuan membangun jaringan para alumni
dari University of Queensland dengan para pengajar dan peneliti. Aku kembali
lagi ke Brisbane dan membangun jaringan penelitian sebagai bekal untuk PhD.
Sahabat-sahabatku, aku mengirim email kepada seorang
pengajar yaitu Dr. Salut Muhidin (semoga aku bisa bujuk beliau menulis
pengalamannya memperoleh beasiswa di Belanda dan akhirnya menjadi Dosen di
Australia). Beliau menyarankan aku mengirim aplikasi PhD. Perlu diketahui,
untuk teman-teman yang sudah lulus dengan beasiswa ADS harus menunggu 2 tahun
baru bisa melamar kembali. Lalu beliau menyarankan melamar melalui beasiswa
universitas seperti IPRS atau di Macquarie University ada beasiswa
International Macquarie University Research Scholarship (iMQRES).
Aku hanya mempersiapkan research proposal dan personal
statement yang aku banyak peroleh dari blog I Made Andi Arsana (thank you
bli...) dan pada pak Salut. Dengan bahan-bahan yang aku peroleh sewaktu
penelitian S2, aku mengerjakannya dan meminta masukan serta kritik (jangan
takut dikritik malah bersyukur kalau masih ada yang kritik) dan mengirimkan
aplikasi tersebut.
Akhirnya saat yang dinanti tiba, aku mendapat email di pagi
hari tanggal 13 Oktober 2011 . Rasa kuatir bercampur percaya diri saat membuka
email tersebut dan demikian penggalannya:
"Dear Jerry
Congratulations!
Your application for a higher degree research scholarship
tenable at Macquarie University was recently considered in the 2011 IPRS/iMQRES
Round. Competition for this round of awards is always very strong, with a
highly qualified field of candidates, and the number of available IPRS is
limited. It is my pleasure to let you know that you have been recommended to
receive an International Macquarie University Research Scholarship (iMQRES) for
commencement in first semester 2012, awarded by the University for highly rated
scholarship applicants." Praise God
Aku menangis membacanya dari kota Ende tempat dimana aku
melakukan penelitianku dan akan kembali melanjutkan penelitianku disana
mengenai kematian balita. Aku teringat masa-masa sulit saat studi diploma 3
dimana aku sering telat bayar uang kuliah...TETAPI mimpiku menjadi kenyataan.
Dari D3 menuju S3 tergapai...Meskipun terowongan atau PhD tunnel ku baru
dimulai, tetapi keretaku akan terus mencapai tujuan akhir yaitu gelar doktor.
Sobat, jangan pernah percaya bahwa orang-orang berkata
lupakan mimpimu...TIDAK! kamu bisa dan kita semua biasa.
Hidupilah mimpi-mimpimu dengan
kerja kerja, terus mengasah kemampuan bahasa inggris
(especially writing), bertanyalah kepada sahabat-sahabatmu di
www.motivasibeasiswa.org atau milis beasiswa atau bahkan pada diriku sendiri,
belajar dari kegagalan sebelumnya, mintalah doa dan restu dari orang tua dan
keluarga serta akhirnya berdoalah pada Tuhan yang mengetahui segala rancangan
dalam hidup kita dan memberkati hidup kita.
manusia bisa berkata tidak mungkin, but in GOD All things
are possible, Amin.
Dari D3 menuju S3...TENTU BISA.
Live from Sydney,
Jerico F Pardosi, AMKL (D3), SKM (S1), MIPH (S2)...and the
story to be continue...
Yahoo Messenger: coucow2003
Skype: jerico.pardosi
Facebook: Jerico Franciscus Pardosi
Twitter: Pardosi_Sinurat